Brigham
dan Coopeland, (1990) menyatakan bahwa peran Manajemen Keuangan terdiri dari 3
bidang yang saling terkait yaitu; (1) Pasar uang dan pasar modal (keuangan
makro) yang berkaitan dengan banyak topik yang dibahas oleh ekonomi makro, (2)
Investasi, yang memusatkan pada keputusan individu dan lembaga keuangan dalam memilih
sekuritas (surat berharga) untuk portofolio investasi mereka, dan (3) Manajemen
Keuangan yang berkaitan dengan manajemen perusahaan. Ketiga bidang yang telah
dikemukakan di atas, masingmasing saling berinteraksi satu sama lain, sehingga
manajemen keuangan perusahaan harus memahami operasional pasar modal dan cara
investor menilai sekuritas.
Manajemen
keuangan telah mengalami sejumlah perubahan besar selama bertahun-tahun. Ketika
muncul sebagai suatu bidang ilmu tersendiri pada awal tahun 1900 an, penekanannya
pada aspek hukum merger, konsolidasi, dan pembentukan perusahaan baru, serta
berbagai jenis sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan perseroan.
Seiring
perkembangan perusahaan saat ini, manajer keuangan memiliki peranan yang cukup
dinamis yang sebelumnya tidak dimiliki. Menurut Van Horn (2002) menyatakan
bahwa sebelum pertengahan abad ini, tugas para manajer keuangan terutama raising of funds (mencari dana) dan
mengelola posisi kasa perusahaan mereka. Pada tahun 1950 an dengan semakin
meningkatnya present value (nilai
sekarang) telah turut mendorong para manajer keuangan untuk memperluas tanggung
jawab mereka dan lebih memperhatikan pemilihan proyek-proyek investasi modal.
Dewasa
ini, faktor-faktor eksternal memiliki dampak yang semakin meningkat terhadap
para manajer keuangan. Meningkatnya persaingan antar perusahaan, perubahan
teknologi, harga dan tingkat bunga, ketidakpastian situasi ekonomi global,
fluktuasi nilai tukar, perubahan hukum perpajakan dan etika yang berkaitan
dengan perjanjian keuangan merupakan factor-faktor eksternal yang dihadapi
sehari-hari. Pada tahun 1990, manajemen keuangan memiliki peran strategis yang
lebih penting dalam suatu perusahaan. Jika keuangan memainkan peranan manajemen
secara umum dalam organisasi, maka manajer keuangan seharusnya menjadi pemain tim
dalam keseluruhan usaha perusahaan untuk menciptakan nilai, karena sasaran
perusahaan adalah menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya. Nilai ini
dapat dilihat dari harga pasar atas saham perusahaan (yang sudah go public) yang selanjutnya merupakan
fungsi keputusan investasi, pembelanjaan dan kebijakan dividen perusahaan.
Kemampuan seorang manajer keuangan untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan
tersebut, mencari dana, mengivestasikan aktiva serta mengelolanya secara
bijaksana akan sangat berpengaruh terhadap sukses perusahaan secara
keseluruhan.
Pengambilan
Keputusan Keuangan
Manajemen
keuangan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencarian sumber dana (raising
of funds) dan pengelolaan aktiva dengan
beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pengambilan keputusan manajemen keuangan dapat dibagi menjadi 3 area utama yaitu, keputusan investasi,
pendanaan, dan manajemen aktiva.
1.
Keputusan Investasi
Keputusan
investasi merupakan keputusan terpenting yang dibuat dalam perusahaan dengan
langkah awal adalah menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang dibutuhkan
perusahaan. Manajer keuangan perlu memperhatikan Kewajiban (Hutang Lancar dan
Hutang Jangka Panjang) dan Kekayaan Modal (Modal Sendiri) di sisi kanan neraca,
sedangkan Aktiva di sisi kiri. Manajer keuangan harus menentukan jumlah uang
yang muncul dalam neraca, yang menunjukkan ukuran perusahaan. Walaupun jumlah
tersebut telah berhasil ditentukan, komposisi aktiva harus ditetapkan. Misalnya
berapa banyak Total Aktiva perusahaan yang alokasikan untuk kas atau
persediaan. Selain itu juga perlu ditentukan apakah suatu investasi perlu
dikurangi. Aktiva yang secara ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus
dikurangi, dihilangkan atau diganti.
2.
Keputusan Pendanaan
Keputusan
pendanaan merupakan keputusan utama kedua, dimana dalam keputusan ini manajer
keuangan berhubungan dengan pembuatan keputusan pada sisi kanan neraca (sisi
passiva). Jika kita menelusuri pendanaan gabungan dari berbagai industri, akan
terlihat perbedaan jelas. Beberapa perusahaan yang memiliki hutang yang lebih
besar dari perusahaan-perusahaan lainnya. Pertanyaannya adalah apakah jenis pendanaan
yang digunakan mempunyai perbedaan ?. Jika jawabannya ya, mengapa ?, dan apakah
pendanaan gabungan tertentu dapat memberikan hasil yang terbaik ?.
Lebih
lanjut , kebijakan dividen harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend paid ratios) menentukan jumlah laba yang dapat dibagi dalam
bentuk dividend an berapa banyak laba yang ditahan (retained earnings). Semakin besar laba yang ditahan, berarti
semakin sedikit uang yang tersedia untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu
nilai dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, harus seimbang dengan
biaya kesempatan (opportunity cost)
laba ditahan yang hilang sebagai sarana pendanaan ekuitas (modal sendiri).
Setelah
pendanaan gabungan ditentukan, maka manajer keuangan masih harus menentukan
sebaik apakah usaha untuk memperoleh dana yang dibutuhkan. Mekanisme perolehan
pinjaman jangka pendek, memasukkan perjanjian sewa usaha jangka panjang atau
negosiasi penjualan obligasi atau saham merupakan hal hal-hal yang harus dimengerti
sepenuhnya.
3.
Keputusan Manajemen Aktiva
Keputusan
ketiga dalam perusahaan adalah keputusan manajemen aktiva. Jika aktiva telah
diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva-aktiva yang ada
tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab
terhadap bermacam-macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap aktiva-aktiva
yang ada. Tanggung jawab ini menuntut manajer keuangan untuk lebih
memperhatikan manajemen aktiva lancer dari pada aktiva tetap.
Tanggung
Jawab Manajer Keuangan
Tugas
manajer keuangan yang paling utama adalah merencanakan pengadaan dan penggunaan dana, guna memaksimumkan nilai perusahaan. Dengan kata lain manajer
keuangan menentukan sumber-sumber dana
dari beberapa alternative yang tersedia dan menggunakan dana tersebut (how to raising of funds and how to
allocated funds). Beberapa hal yang menyangkut dengan kegiatan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Peramalan dan perencanaan. Manajer
keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif lainnya dalam memperkirakan masa
depan perusahaan dan menetapkan rencana bersama untuk menentukan posisi masa
depan perusahaan.
2.
Keputusan dalam investasi dan
pembiayaan. Sesuai dengan rencana jangka panjang, manajer keuangan harus
menyediakan dana/modal guna mendukung pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang berhasil
biasanya memperoleh tingkat penjualan yang tinggi, yang membutuhkan penambahan
investasi pabrik, perlatan, dan aktiva lancar yang diperlukan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Manajer keuangan harus membantu penentuan tingkat
pertumbuhan penjualan yang optimal dan pengambilan keputusan atas ivestasi
spesifik yang akan dilaksanakan serta penentuan jenis dana yang akan digunakan untuk
membiayai investasi tersebut. Harus dipertimbangkan keputusan tentang
penggunaan dana internal atau eksternal, dari hutang atau dari ekuitas, dan
dari hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek.
3.
Pengkoordinasian dan pengendalian.
Manajer keuangan harus bekerja sama dengan eksekutif bidang lain agar perusahaan
beroperasi seefisien mungkin. Semua keputusan bisnis mempunyai implikasi
keuangan, dan semua manajer, baik manajer keuangan dan manajer fungsional
perusahaan lainnya (manajer pemasaran, manajer produksi, manajer personalia)
harus memperhitungkan hal ini.
4.
Interaksi dengan pasar modal. Manajer
keuangan harus berurusan dengan pasar uang dan pasar modal. Setiap perusahaan mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh bursa efek (pasar uang dan pasar modal) sebagai tempat
tersedianya dana, tempat sekuritas perusahaan diperdagangkan, dan sebagai
tempat investor mendapat untung atau rugi.
Tujuan
Perusahaan
Manajemen
keuangan yang efisien membutuhkan adanya tujuan dan sasaran yang digunakan
sebagai standar dalam meberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Walaupun
ada berbagai tujuan, namun di dalam buku ini diasumsikan bahwa, tujuan
perusahaan adalah memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik perusahaan. Banyak
jumlah saham yang dimiliki menunjukkan bukti kepemilikan dalam perusahaan. Kesejahteraan
pemegang saham ditunjukkan melalui harga pasar pelembar saham perusahaan, yang
juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, pendanaan dan manajemen
aktiva. Ide dasarnya adalah kesuksesan keputusan suatu bisnis dinilai
berdasarkan dampak yang ditimbulkan terhadap harga saham.
Memaksimalkan
Nilai Perusahaan
Tujuan
utama manajemen suatu perusahaan adalah bagaimana menciptakan nilai untuk para
pemilik saham sebagai pemilik perusahaan yang mempercayakan perusahaannya
kepada para pihak yang terlibat dalam manajemen perusahaan. Oleh karena itu
para pihak yang terlibat dalam manajemen perusahaan merupakan cerminan dari
pemilik yang akan mendapatkan reward dari para pemilik atas kinerjanya dalam mengelola
perusahaan.
Brigham,
Gapenksi dan Daves (2000) menyebutkan bahwa dalam rangka memaksimalkan nilai
perusahaan para pihak yang terlibat dalam manajemen perusahaan akan menghadapi
interaksi – interaksi berikut; Hubungan Agen, Pemegang Saham versus Manajer,
Pemegang Saham versus Pemberi Kredit, Pemegang Saham, Manajer dan Pemberi
Kredit yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
A.
Hubungan Agen
Pada
umumnya manajer memiliki tujuan pribadi yang akan berhadapan dengan tujuan
memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. Manajer diberi kekuasaan oleh
pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan, dan hal ini
akan menciptakan potensi konflik atas kepentingan yang disebut teori agen (agency theory).
Hubungan
agen akan muncul ketika seorang individu atau lebih yang disebut pemilik (principals) mempekerjakan individu lain
atau organisasi yang disebut agen untuk melaksanakan pekerjaan dan kemudian
mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Dalam
konteks manajemen keuangan , hubungan agen yang utama adalah : (a) antara pemegang
saham dan manajer, (b) antara manajer dan pemberi kredit, (c) antara manajer,
pemegang saham dan pemberi kredit manakala perusahaan mengalami kesulitan
keuangan.
B.
Pemegang Saham versus Manajer
Potensi
permasalahan agen ini muncul ketika manajer perusahaan memiliki kurang dari 100
% saham perusahaan. Jika perusahaan dikelola sebagai perusahaan perorangan oleh
pemiliknya. Maka manajer-pemilik akan menjalankan perusahaan untuk
memaksimalkan kesejahteraannya. Kesejahteraan ini diukur dari meningkatnya kesejahteraan
pribadi, kesenangan atau barang-barang mewah. Namun jika manajer –pemilik menjual
beberapa saham kepada pihak luar, maka potensi konflik kepentingan akan segera
muncul. Sekarang manajer-pemilik mungkin menjalankan perusahaan dengan lebih
santai dan bekerja tidak terlalu keras untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemilik sebagai pemegang saham yang telah berkurang. Manajer-pemilik mungkin
juga akan membeli lebih banyak barang-barang mewah, karena biaya ini akan ditanggung
seluruh pemegang saham. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa manajer-pemilik
tidak akan menjalankan kebijakan yang terbaik bagi pemegang saham lainnya.
Pada
kebanyakan perseroan besar, potensi konflik agen sangat penting, karena manajer
perusahaan besar umumnya hanya memiliki saham dalam persentase kecil. Dalam
situasi ini, maksimisasi kekayaan pemegang saham akan mengambil tempat di
bagian belakang. Jika muncul konflik dengan tujuan manajer, misalnya banyak
orang yang berpendapat bahwa tampaknya tujuan utama beberapa manajer adalah memaksimalkan
besaran perusahaan dengan menciptakan perusahaan yang tumbuh cepat dan besar,
manajer: (a) meningkatkan keamanan akan pekerjaan mereka, karena kecil
kemungkinan perusahaan akan mengambil alih secara paksa, (b) meningkatkan
jabatan, status dan gaji mereka, serta (c) meningkatkan kesempatan bagi manajer
tingkat menegah dan bawah. Lebih jauh, karena manajer perusahaan besar hanya,
memiliki saham dalam persentase yang kecil, maka mereka menyumbang dana
perusahaan untuk nama baik mereka, tetapi atas beban pemegang saham lainnya.
Manajer
dapat dimotivasi untuk bertindak demi kepentingan pemegang saham melalui
pemberian insentif berupa imbalan (reward)
atas kinerja yang baik dan memberi hukuman (punishment)
untuk kinerja yang baik. Beberapa mekanisme khusus dapat digunakan untuk memotivasi
manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, termasuk : (a)
kompensai manjerial, (b) intervensi langsung pemegang saham, (c) ancaman PHK
(pemutusan hubungan karyawan), dan (d) ancaman pengambil alihan.
a) Kompensasi
Manajerial
Manajer tentu saja harus
memperoleh kompensasi dan struktur paket kompensasi ini dapat dirancang untuk
memenuhi 2 tujuan utama yaitu; (1) untuk menarik dan mempertahankan manajer
yang cakap, dan (2) untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati
kepentingan pemegang saham. Yang terutama manajer yang berkeinginan memaksimalkan
harga saham. Setiap perusahaan memiliki cara pemberian kompensasi yang berbeda
tetapi kompensasi bagi eksekutif senior biasanya memiliki 3 bagian yaitu ; (1)
gaji tahunan yang dapat memenuhi biaya hidup, (2) bonus yang dibayarkan pada
akhir tahun, tergantung kepada tingkat profitabilitas perusahaan selama tahun berjalan,
dan (3) pemberian opsi untuk membeli saham, atau pemberian lembar saham sebagai
imbalan atas kinerja jangka panjang.
Manajer mungkin lebih
memfokuskan pada memaksimalkan harga saham jika mereka sendiri merupakan
pemegang saham besar. Perusahaan seringkali memberikan saham kinerja (performance shares) kepada manajer
senior, dimana para eksekutif menerima sejumlah saham yang bergantung pada
kinerja actual perusahaan dan pengabdian eksekutif selanjutnya pada perusahaan.
Kebanyakan perusahaan besar juga memberikan opsi saham eksekutif (executive stock options) yang memungkinkan
manajer untuk membeli saham di masa mendatang pada harga tertentu. Pemberian
kompensai model ini akan mendorong para eksekutif untuk bekerja lebih keras
mendatang, agar mampu meningkatkan harga saham perusahaan melebihi standar
harga yang telah diterimanya dalam bentuk opsi saham yang telah diterimanya.
Jumlah saham kinerja
atau opsi saham eksekutif yang diberikan pada umumnya didasarkan atas kriteria
obyektif seperti; laba perlembar saham
(Earning Pershare :EPS) dan pengembalian atas ekuitas (Return on Equity : ROE).
b) Intervensi
Langsung Pemegang Saham
Dewasa ini, sebagian
besar saham dimiliki oleh investor lembaga seperti perusahaan asuransi, dana
pension dan reksa dana. Oleh karena itu, manajer lembaga keuangan memiliki
pengaruh, jika mereka memilih untuk menggunakannya, atas sebagian besar operasi
perusahaan, maka mereka dapat memberikan saran mengenai bagaimana seharusnya perusahaan
dijalankan. Akibatnya investor lembaga dapat melakukan lobi-lobi bagi
kepentingan pemegang saham.Begitupula setiap pemegang saham minimal 1.000
lembar saham perusahaan selama 1 tahun dapat mengajukan proposal yang harus
diputuskan dalam rapat tahunan pemegang saham, meskipun proposal tersebut
ditolak oleh manajemen.
c) Ancaman
PHK
Hingga dewasa ini,
tingkat kemungkinan kecil para pihak manajemen perusahaan besar di PHK oleh
pemegang saham, namun situasi ini dapat terjadi karena saham perusahaan besar
tersebar di masyarakat luas, dan kendali manajemen atas mekanisme voting atau pemungutan
suara sangat kuat. Jadi sangat tidak mungkin bagi pemegang saham yang sedang
berselisih dengan pihak manajemen untuk mendapatkan suara guna mengeluarkan tim
manajemen.
d) Ancaman
Pengambil Alihan
Pengambilan secara
paksa (apabila manajemen tidak menginginkan perusahaan diambil alih) terjadi
bila saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan harga potensial
manajer perusahaan yang diambil alih umumnya di PHK, sementara yang tidak di
PHK akan kehilangan status otoritasnya. Jadi manajer mempunyai inisiatif kuat dalam
melakukan tindakan yang dirancang untuk memaksimalkan harga saham. Seperti yang
sering dikemukakan para Presiden Direktur “ Jika anda ingin menjaga pekerjaan
anda, jangan biarkan harga saham perusahaan anda dijual pada harga yang
rendah”.
C.
Pemegang Saham versus Pemberi Kredit
Di
samping konflik antara pemegang saham dengan manajer, ada juga konflik antara
pemberi kredit dengan pemegang saham. Pemberi kredit memiliki klaim atas
sebagian laba perlembar saham untuk pembayaran bunga serta pokok hutang, selain
memiliki klaim atas aktiva perusahaan, ketika terjadi kebangkrutan. Namun
pemegang saham memiliki kendali (melalui manajer) atas keputusan yang
mempengaruhi profitabilitas dan risiko perusahaan. Pemberi kredit kepada
perusahaan meminjamkan dana dengan tingkat bunga yang didasarkan atas; (a)
risiko terhadap aktiva perusahaan, (b) ekspektasi yang berkaitan dengan risiko
penambahan aktiva di masa mendatang, (c) stuktur modal perusahaan saat ini
(jumlah pembiayaan dengan hutang yang digunakan), dan (d) ekspektasi yang
berkaitan dengan keputusan struktur modal perusahaan di masa depan. Ke empat
hal ini merupakan penentu dari risiko utama atas arus kas (cash flow) perusahaan, dan juga keamanan dari pemberian hutang
kepada perusahaan.
Sekarang
anggaplah pemegang saham yang bertindak melalui manajemen, menyebabkan
perusahaan mengambil suatu proyek baru yang besar serta lebih berisiko
dibandingkan yang diantisipasi oleh pemberi kredit. Peningkatan risiko ini akan
menyebabkan tingkat pengendalian yang disyaratkan atas hutang perusahaan
meningkat, dan akan menyebabkan nilai hutang yang beredar menurun. Jika proyek
yang berisiko ini berhasil dilaksanakan, maka semua keuntungan akan jatuh kepada
para pemegang saham, karena pengendalian pemberi kredit tetap pada tingkat
risiko yang rendah. Akan tetapi jika proyek ini mengalami kegagalan, maka
pemegang obligasi (pemberi kredit) akan menanggung kerugian dari sudut pandang
pemegang saham, hal ini benar-benar tidak menguntungkan pemberi pinjaman.
Demikian pula anggaplah manajer meminjam tambahan dana dan menggunakan dana ini
untuk membeli kembali beberapa saham perusahaan yang beredar dalam upaya “me leverage up “ pengembalian atas modal
sendiri (ROE) pemegang saham. Nilai uang mungkin turun, karena lebih banyak
lagi hutang yang memiliki klaim atas arus kas dan aktiva perusahaan. Dalam
kedua kasus di atas, pemegang saham cenderung memperoleh keuntungan atas beban pemberi
kredit.
Dapatkah
dan perlukah pemegang saham melalui manajer atau agennya mencoba mengambil alih
kekayaan pemberi kredit ?. Secara umum, jawabannya adalah “tidak”, karena tidak
ada tempat untuk perilaku yang tidak etis dalam dunia bisnis. Sesungguhnya
pemberi kredit akan berusaha melindungi diri pula. Jika pemberi kredit merasa bahwa
manajer perusahaan mencoba mengambil keuntungan dari mereka, maka mreka akan
menolak berhubungan lebih lanjut dengan perusahaan, atau akan membebani
perusahaan dengan suku bunga di atas normal untuk mengkompensasi risiko akan
kemungkinan dieksploitasi. Jadi perusahaan yang tidak berhubungan secara wajar
dengan pemberi kredit akan kehilangan akses ke pasar uang, atau akan dikenakan
suku bunga tinggi dan perjanjian ketat, yang semuanya akan merugikan pemegang
saham.
Agar
dapat melayani pemegang saham dengan baik dalam jangka panjang, manajer harus
pula berhubungan secara wajar dengan pemberi kredit. Manajer, sebagai agen dari
pemegang saham maupun pemberi kredit, harus bertindak adil demi kepentingan
kedua pemegang sekuritas ini. Tindakan manajemen yang akan mengambil alih
kekayaan stake holders, termasuk
karyawan, konsumen, pemasok dan masyarakat, pada akhirnya akan merugikan
pemegang saham. Dalam lingkungan kondisi seperti ini, tindakan memaksimalkan
harga saham membutuhkan perlakuan yang wajar kepada semua pihak yang posisi
ekonominya dipengaruhi oleh keputusan manjerial.
D.
Pemegang Saham, Manajer dan Pemberi
Kredit
Kesulitan
dalam keuangan secara berkelanjutan dalam ekonominya selama bisnis mengalami
penurunan serta jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pengambilan
keputusan untuk melikuidasi perusahaan dengan menjual asset-aset perusahaan
atau mereorganisasi untuk kelanjutan perusahaan. Dalam situasi ini, akan
menimbulkan konflik yang muncul karena adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda
antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Refference
Brigham. E. F., Gapenski. L. C., and Daves. P. R., Intermediate Financial Mangement, Sixth
Edition.
Van Horne.
J. C., 1974, Financial Management and
Policy, Prentice Hall of India, Privated Limited , New Jersey.
--------------------., 2002, Financial Management and Policy, Twelfth Edition, Prentice Hall,
New Jersey.
Thank penjelasannya
BalasHapus