Definisi Theory of Planned Behavior
Menurut Ajzen dan Fishbein (1975) Theory of Reasoned Action (TRA)
digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi suatu perilaku manusia.TRA dimulai dengan melihat niat
berperilaku sebagai anteseden terdekat dari suatu perilaku.Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada
perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak
sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia sangat
termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara
nyata menampilkan perilaku tersebut. Masalah terkait TRA akan muncul jika teori
tersebut diaplikasikan pada perilaku yang tidak sepenuhnya di bawah kendali
seorang individu tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan menggunakan TRA
dan ditemukan beberapa kelemahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.Untuk
memperbaiki kelemahan tersebut, maka kemudian (Ajzen, 2008) menambahkan suatu
konstruk baru ke dalam TRA yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control).Konstruk
ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam
rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak
dilakukannya suatu intense dan perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan
norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang
dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs) (Ajzen, 2008).
Perhatian utama dalam Theory of Planned Behavior adalah pada niat seseorang untuk melakukan
suatu perilaku, karena niat merupakan variabel antara yang menyebabkan
terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variabel lainnya. Niat merupakan
mediator pengaruh berbagai faktor-faktor motivasional yang berdampak pada suatu
perilaku.Niat juga menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba, niat
menunjukkan seberapa besar upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukannya
dan niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.
Niat dapat diungkapkan melalui Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu
keyakinan atau sikap berperilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku (Ajzen,
2008). Terbentuknya niatmemainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan,
yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan
dinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu (Jacobs, 1995).
2.2.1.2.
Komponen – Komponen Model Theory of
Planned Behavior
Secara umum, factor anteseden intense dapat diterangkan dengan teori perilaku
terencana yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku
(Fisbein & Ajzen, 1975).Model TPB disajikan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Model Theory of Planned Behavior
(Ajzen,
1991)
Berikut penjelasan mengenai
komponen-komponen yang mengkonstruksi TPB.
1.
Behavioral
Control
Behavioral
control menghubungkan behavior of interest kepada hasil yang diharapkan.Behavioral control merupakan probabilitas
subjektif bahwa suatu perilaku akan menghasilkan hasil yang telah ditentukan.
Walaupun seseorang mempunyai beberapa behavioral
control mengenai perilaku tertentu, hanya sedikit perilaku yang mampu
dimanfaatkan pada waktu tertentu. Diasumsikan bahwa keyakinan yang dapat
dimanfaatkan ini, dikombinasikan dengan nilai subjektif dari hasil yang
diharapkan akan menentukan attitude
toward the behavior yang berlaku.
2.
Attitude Toward Behavior
Attitude
toward behavior merupakan tingkat dimana seseorang
mengevaluasi atau menilai perilaku secara suka ataupun tidak suka (Ajzen,
1991). Dengan kata lain, bagaimana performa dari suatu perilaku dinilai secara
positif atau negatif. Sesuai dengan expectancy
value model yang menyebutkan bahwa sikap tumbuh dari kepercayaan seseorang
mengenai suatu obyek sikap, attitude
toward behavior ditentukan oleh keseluruhan behavioral beliefs yang dapat
dimanfaatkan yang menghubungkan perilaku dengan beberapa hasil dan atribut
lain.
3.
Normative
Beliefs
Normative
beliefs menekankan pada kemungkinan setuju atau
tidak setujunya individu atau kelompok referensi dalam melakukan suatu perilaku
(Ajzen, 1991).Secara tidak langsung, hal ini berkaitan dengan pengaruh
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keputusan individu. Pengaruh ini dapat
timbul dari individu lain atau kelompok yang berbeda di sekitar seperti
pasangan, keluarga, teman atau bisa juga berasal dari populasi tempat individu
berada, seperti guru, atasan dan sebagainya.
4.
Subjective
Norms
Menurut Ajzen (1991) mengatakan bahwa norma
ini merujuk kepada tekanan sosial yang dirasa untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, norma ini menilai sejauh mana
seseorang mempunyai motivasi umtuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku
yang akan dilakukan.
Apabila individu merasa hal tersebut
adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan
ditentukan oleh orang lain yang berada disekitarnya, maka dia akan mengabaikan
pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukan. Fishben dan Ajzen
menggunakan istilah “motivation to
comply” untuk menggambarkan keadaan ini, yaitu apakah individu mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak (Ramadhani,
2007).
5.
Control
Beliefs
Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat
dilaksanakan atau control beliefs
dapat diperoleh dari berbagai hal, antara lain pengalaman melakukan perilaku
yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain
(seperti keluarga, teman dan sebagainya) melakukan perilaku tersebut sehingga individu
mempunyai keyakinan bahwa diapun sanggup untuk melakukannya. Selain
pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu
perilaku akan dapat dilaksanakan tergantung ketersediaan waktu untuk
melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melakukan, serta
mempunyai kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat
pelaksanaan perilaku (Ramadhani, 2007).
6.
Perceived
Behavioral Control
Perceived
behavioral control merujuk kepada
kemudahan ataupun kesulitan yang dirasa dalam melakukan suatu perilaku dan
diasumsikan menggambarkan pengalaman masa lalu dan juga antisipasi atas
rintangan atau hambatan (Ajzen, 1991). Dengan kata lain, persepsi kemampuan
mengontrol adalah persepsi yang dimiliki oleh individu atas kemampuannya untuk
melakukan suatu perilaku. Hal ini dapat ditentukan oleh control beliefs yang dimiliki individu.
Keyakinan bahwa individu pernah
melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, mempunyai
fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian melakukan estimasi
atas kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu dinamakan dengan Perceived Behavioral Control.
7.
Intention
Faktor utama dalam TPB adalah niat atau
kemauan seseorang untuk melakukan suatu perilaku.Intensi diasumsikan untuk
menggambarkan faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku, intensi merupakan
indikasi seberapa kuat seseorang berkeinginan untuk mencoba, seberapa besar
usaha yang digunakan, untuk melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991).
8.
Behavior
Behavior atau perilaku adalah tindakan
yang bersifat khusus yang ditujukan kepada beberapa target dan respon nyata
yang dapat diobservasi pada situasi dan target tertentu. Sebuah perilaku dapat
digabungkan dari beberapa konteks dan waktu untuk mengukur perilaku yang lebih
umum. Dengan menjumlahkan berbagai perilaku, diobservasi pada waktu dan situasi
yang berbeda, maka sumber dari timbulnya suatu pengaruh akan saling meniadakan
satu sama lain. Hal ini menghasilkan gambaran keseluruhan atas suatu pengukuran
yang lebih valis dibandingkannya pada satu perilaku.Religiuitas merupakan
bagian dari religion (agama) religiuitas merupakan faktor latar belakang yang
dapat digunakan sebagai kontrol seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
Refference
Ajzen, I., and Fishbein, M.(1975), Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research, 129-385, Addison-Wesley, Reading,MA.
Ajzen, I. (1991),The Theory of Planned Behavior, Organizational
Behavior and Human Decision Processes, 50, 179-211.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar